CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

January 1, 2011

Happy 2011!

Mumpung masi tanggal 1-1-11 (jam 11 pula :p )...

Met tahun baru 2011!
Semoga tahun ini kita awali dengan harapan dan doa, juga semangat :)
Dan nanti di akhiir tahun ( hyyaela uda ngomongin akhir tahun dong!) kita tutup dengan ucapan syukur seperti kita menutup tahun 2010 ;)

Resolusi?
Ah besok aja yaaa...
Hari ni blom berhasil menguasai kompi cukup lama untuk nge-post resolusi hehe...

*kiskis*
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

October 17, 2010

Update... UpdateS

Hehehe... sekian lama tidak nge-blog, meskipun blog walking tetap giat, juga tanpa basa-basi posting tentang perkawinan adat Menado *gapapa lha ya...kan di blog sendiri* ngapain aja?

  1. Ikutan rempong si ade pindah ke Balikpapan
  2. Nemenin mama nyalurin hobby jalan-jalan *bah ini mah emang gw juga demen :P . Uda ke Ujung Kulon, mau ke liat lumba-lumba di Kiluan, tapi belum kesampaian juga sampai sekarang. Si mama sih ga lama setelah ke Ujung Kulon, ke Pulau Derawan sama si ade, oma, dan tante-om.
  3. Ngelamar kerjaan yg kira" cucok di hati & di dompet heee...
  4. Launching COKLATISASI (^ ^) ...YEAY!!! Akhirnya diberaniin bikin brand baru dengan produk dan target pasar yang lebih spesifik. Semoga bisa gantiin ngepulin dapurnya si mama ya... Ayo dong mentemen follow blognya COKLATISASI... Plisss *senyum ngebujuk paling manis*
  5. Blog walking ke blognya Indonesian crafter... Amesh Puri Cecil Lia Nella Sawo Kecik Chacha (yes, i consider this whiz kid & Diana as crafter) n many more.... ajipppppppppppp!!!
  6. Nekat jadi PJ Tenda untuk area Bulog demi ikutan Jambore Sahabat Anak
  7. Ikutan kopdar Selamatkan Ibu mewakili Sahabat Anak. Banyak kenalan baru yang uokeh selain Selamatkan Ibu sendiri :) Ada mbak Eva nya Keluarga Hypno, ada Aimi Asi, ada Kopdar Jakarta, ada bang Boaz
  8. Ditinggal Jef 3 minggu lebih ke Papua sama Babe Roganda. Aihhhh... ampun-ampun deh kangennya! Meskipun bukan pertama kali ditinggal lama, tetep aja berasa :'( Padahal terfasilitasi cukup baik oleh tarif murah sesama operator + BBM.
  9. Belajar bikin boneka sama Puri. Serius deh... si Puri sangat-sangat menggodaku untuk ga nyari kerja kantoran lagi, nyemplung aja bikin ini itu yang Q suka & bermanfaat.
  10. Ngejar ketinggalan bahasa Prancis. Hihihi...aku niat loh! Bela-belain dateng ke Bibliotheque nya CCF Salemba dari pagi sampe tutup. Soalnya kalo belajar di rumah, si mama pasti gemes minta ini-itu, dan aku nya juga gemes mo ngerjain ini itu, walhasil belajarnya gagal hehehe... Ya, memang sekalian persiapan untuk yang berikut ini:
  11. Ngelamar CPNS Deplu... lolos administrasi & tes substantif tertulis, lalu gagal di tes bahasa Perancis. Nguk. Aku tak mau beralasan, aku mau belajar lagi ajah ya... meskipun tidak berminat untuk ikutan tes Deplu lagi tahun depan :) Perasaan? ya kecewa sih... uda ngarep segera gajian dan nyenengin mama soalnya hehehe.
  12. Ngelamar Cakim karna syarat-syarat yang ribet yaitu SKCK & kartu kuning masi bisa pake yang dibuat untuk ngelamar Deplu+ ada Tiwi sebagai temen seperjuangan
  13. Tentu saja Q nyapu-ngepel-ngelap-beberes-masak-nyuci-ngegosok-dsb. Kan ada yang bilang tuh di Alkitab... yang ga kerja, ga boleh makan. Nah, mana lah aku yang pengangguran ini berani makan kalo Firman-Nya begitu... Yowes. Kerjaan rumah tangga termasuk kerja kan? Hehehehe... Meskipun sering dilanda muangkel kronis karna mama & Jef jadi melimpahkan semua urusan kepada diriku seorang, akyu syeneng loh jadi lebih canggih di dapur hehehe... uda bisa ngegoreng sambil nyuci piring plus nyuci baju dan itu masakan ga hangus hahahaha... Juga seneng dengan komentar orang-orang yang bilang aku kyuyusyan :D WOoHOo!
  14. Menyegarkan kembali relasi dengan keluarga, teman & sang Guru Agung :) Wuihhhh... yang satu ini bener-bener ga ternilai deh... Beberapa teman girang banget Q samperin ke kantornya untuk ngobrol sebentar. Ada beberapa diantara mereka yang ternyata sedang dalam pergumulan berat. Beuhhh... kalau lagi kerja kaya kemarin, mendengarkan *maksudnya bener-bener mendengarkan* kayanya tanda disadari susahhhh banget. Saat teduh, persekutuan, ibadah Minggu, dsb banyak yang menegur & mengajar Q mengenai relasi, terutama relasi dalam pekerjaan. Kalau uda begini, Q bener-bener bersyukur Q dikasi kesempatan jadi pengangguran. Thank God! Mmmmuach...muach....muach!
  15. Dan Minggu, 3 Oktober yang lalu Jef uda bilang sama Ifunk, "Tante, kami sepakat mau nikah bukan April... tanggal 2 atau tanggal 9 biar deket ulang tahun tante". HURAYYYY \(^ ^)/

Hehehe... setelah mundur berkali-kali, akhirnya "jelas" juga. Selama ini mama tahu kami berencana untuk menikah, tahu kami *nggg...Jef lebih tepatnya* nabung untuk nikah, bahkan si mama uda punya rencana ini-ituw! Doi pun membujuk rayuu diriku untuk bersedia memestakan dengan seheboh-hebohnya. Ngerayunya alussssss banget. Aku "ditemenin" survey gedung, bridal, wedding cake hihihi...

Ya begitulah :)

Doakan kami ya... Semoga Q & Jef semakin disiapkan mental & spiritual, juga finansial hihihi :p Berharap persiapan pernikahan & pernikanan kami nanti juga Tuhan pakai untuk menyatukan banyak hati yang tercerai-berai :)

Juga tetap doakan Q segera kerja eaaaaa... Aku tak keberatan jadi tukang coklat full time kok kalau memang bisa beliin ti

Barang2 Q di kantor yang dibawa pulang n kudu diberesin


Kopdar Selamatkan Ibu di Palalada, GI. Banyak informasi menarik untuk adik-adik marginal, teman-teman yang program anak & diri sendiri tentyu syaja :D

Berenang di satu pulau mungil yang kosong di Ujung Kulon.
Nahkodanya terpaksa berenti karna pesertanya uda ngerengek ga sabar mau berenang.


Mumpung si ade lagi di Jakarta, mumpung ada promo Snowbay dari Simpati.
Eh pulangnya malah dapet lebih 10 tiket promo Snowbay, voucher Gramedia, voucher Hagen-Daze ...nyum nyummm


Tenda Ter-spontan Jambore Sahabat Anak 2010.
Serba spontan karna baru saling kenal pas hari H nya :D

September 10, 2010

Menadonese Wedding

Uhuhuhuhu.... just found this article about Menadonese Wedding.
I'm really (relive*) happy that the seserahan in Jave tradition is also known in Menadonese :D
Hahahaha... gotta let hunbun know about it as soon as he's back in bbm network :) :) :) :)

Eventhough I do not boldly admitted that I am a Menadonese until I was in Denpasar, when everyone were new for me and they asked my tribe of origine. You know... Indonesian typical chat ;)I have a tiny, blur, but constant idea of caring the heritage of Indonesian wedding on my orn wedding one day.

I've looked for Papuanese first, since Jef knows Papua better and proud of being a Papuanese then I do as a Menadonese. But I didn't find any, and Jef just wouldn't tell. "We'll just have a national one, shall we", that's how he answers.



Pernikahan Adat Minahasa

Oleh : Jessy Wenas


Mempelai Wanita
Manado
Proses Pernikahan adat yang selama ini dilakukan di tanah Minahasa telah mengalami penyesuaian seiring dengan perkembangan jaman. Misalnya ketika proses perawatan calon pengantin serta acara "Posanan" (Pingitan) tidak lagi dilakukan sebulan sebelum perkawinan, tapi sehari sebelum perkawinan pada saat "Malam Gagaren" atau malam muda-mudi. Acara mandi di pancuran air saat ini jelas tidak dapat dilaksanakan lagi, karena tidak ada lagi pancuran air di kota-kota besar. Yang dapat dilakukan saat ini adalah mandi adat "Lumelek" (menginjak batu) dan "Bacoho" karena dilakukan di kamar mandi di rumah calon pengantin. Dalam pelaksanaan upacara adat perkawinan sekarang ini, semua acara / upacara perkawinan dipadatkan dan dilaksanakan dalam satu hari saja. Pagi hari memandikan pengantin, merias wajah, memakai busana pengantin, memakai mahkota dan topi pengantin untuk upacara "maso minta" (toki pintu). Siang hari kedua pengantin pergi ke catatan sipil atau Departemen Agama dan melaksanakan pengesahan/pemberkatan nikah (di Gereja), yang kemudian dilanjutkan dengan resepsi pernikahan. Pada acara in biasanya dilakukan upacara perkawinan ada, diikuti dengan acara melempar bunga tangan dan acara bebas tari-tarian dengan iringan musik tradisional, seperti tarian Maengket, Katrili, Polineis, diriringi Musik Bambu dan Musik Kolintang.

Bacoho (Mandi Adat)

Setelah mandi biasa membersihkan seluruh badan dengan sabun mandi lalu mencuci rambut dengan bahan pencuci rambut yang banyak dijual di toko, seperti shampoo dan hair tonic. Mencuci rambut "bacoho" dapat delakukan dengan dua cara, yakni cara tradisional ataupun hanya sekedar simbolisasi.

Tradisi : Bahan-bahan ramuan yang digunakan adalah parutan kulit lemong nipis atau lemong bacoho (citrus limonellus), fungsinya sebagai pewangi; air lemong popontolen (citrus lemetta), fungsinya sebagai pembersih lemak kulit kepala; daun pondang (pandan) yagn ditumbuk halus, fungsinya sebagai pewangi, bunga manduru (melati hutan) atau bunga rosi (mawar) atau bunga melati yang dihancurkan dengan tangan, dan berfungsi sebagai pewangi; minyak buah kemiri untuk melemaskan rambut dicampur sedikit perasan air buah kelapa yang diparut halus. Seluruh bahan ramuan harus berjumlah sembilan jenis tanaman, untuk membasuh rambut. Sesudah itu dicuci lagi dengan air bersih lalu rambut dikeringkan.

Simbolisasi : Semua bahan-bahan ramuan tersebut dimasukkan ke dalam sehelai kain berbentuk kantong, lalu dicelup ke dalam air hangat, lalu kantong tersebut diremas dan airnya ditampung dengan tangan, kemudian digosokkan kerambut calon pengantin sekadar simbolisasi.

Lumele’ (Mandi Adat): Pengantin disiram dengan air yang telah diberi bunga-bungaan warna putih, berjumlah sembilan jenis bunga yang berbau wangi, dengan mamakai gayung sebanyak sembilan kali di siram dari batas leher ke bawah. Secara simbolis dapat dilakukan sekedar membasuh muka oleh pengantin itu sendiri, kemudian mengeringkannya dengan handuk yang bersih dan belum pernah digunakan sebelumnya.

Upacara Perkawinan


Mempelai Manado
Upacara perkawinan adat Minahasa dapat dilakukan di salah satu rumah pengantin pria ataupun wanita. Di Langowan-Tontemboan, upacara dilakukan dirumah pihak pengantin pria, sedangkan di Tomohon-Tombulu di rumah pihak pengantin wanita.

Hal ini mempengaruhi prosesi perjalanan pengantin. Misalnya pengantin pria ke rumah pengantin wanita lalu ke Gereja dan kemudian ke tempat acara resepsi. Karena resepsi/pesta perkawinan dapat ditanggung baik oleh pihak keluarga pria maupun keluarga wanita, maka pihak yang menanggung biasanya yang akan memegang komando pelaksanaan pesta perkawinan. Ada perkawinan yang dilaksanakan secara Mapalus dimana kedua pengantin dibantu oleh mapalus warga desa, seperti di desa Tombuluan. Orang Minahasa penganut agama Kristen tertentu yang mempunyai kecenderungan mengganti acara pesta malam hari dengan acara kebaktian dan makan malam.

Orang Minahasa di kota-kota besar seperti kota Manado, mempunyai kebiasaan yang sama dengan orang Minahasa di luar Minahasa yang disebut Kawanua. Pola hidup masyarakat di kota-kota besar ikut membentuk pelaksanaan upacara adat perkawinan Minahasa, menyatukan seluruh proses upacara adat perkawinan yang dilaksanakan hanya dalam satu hari (Toki Pintu, Buka/Putus Suara, Antar harta, Prosesi Upacara Adat di Pelaminan).

Contoh proses upacara adat perkawinan yang dilaksanakan dalam satu hari :
Pukul 09.00 pagi, upacara Toki Pintu. Pengantin pria kerumah pengantin wanita sambil membawa antaran (mas kawin), berupa makanan masak, buah-buahan dan beberapa helai kain sebagai simbolisasi. Wali pihak pria memimpin rombongan pengantin pria, mengetuk pintu tiga kali.

Pertama : Tiga ketuk dan pintu akan dibuka dari dalam oleh wali pihak wanita. Lalu dilakukan dialog dalam bahasa daerah Minahasa. Kemudian pengantin pria mengetok pintu kamar wanita. Setelah pengantin wanita keluar dari kamarnya, diadakan jamuan makanan kecil dan bersiap untuk pergi ke Gereja.
Pukul 11.00-14.00 : Melaksanakan perkawinan di Gereja yang sekaligus dinikahkan oleh negara, (apabila petugas catatan sipil dapat datang ke kantor Gereja). Untuk itu, para saksi kedua pihak lengkap dengan tanda pengenal penduduk (KTP), ikut hadir di Gereja.
Pukul 19.00 : Acara resepsi kini jarang dilakukan di rumah kedua pengantin, namun menggunakan gedung / hotel.

Apabila pihak keluarga pengantin ingin melaksanakan prosesi upacara adat perkawinan, ada sanggar-sanggar kesenian Minahasa yang dapat melaksanakannya. Dan prosesi upacara adat dapat dilaksanakan dalam berbagai sub-etnis Minahasa, hal ini tergantung dari keinginan atau asal keluarga pengantin. Misalnya dalam versi Tonsea, Tombulu, Tontemboan ataupun sub-etnis Minahasa lainnya.

Prosesi upacara adat berlangsung tidak lebih dari sekitar 15 menit, dilanjutkan dengan kata sambutan, melempar bunga tangan, potong kue pengantin , acara salaman, makan malam dan sebagai acara terakhir (penutup) ialah dansa bebas yang dimulai dengan Polineis.

Prosesi Upacara Perkawinan di Pelaminan


Pernikahan di Tondano
Penelitian prosesi upacara perkawinan adat dilakukan oleh Yayasan Kebudayaan Minahasa Jakarta pimpinan Ny. M. Tengker-Rombot di tahun 1986 di Minahasa. Wilayah yang diteliti adalah Tonsea, Tombulu, Tondano dan Tontemboan oleh Alfred Sundah, Jessy Wenas, Bert Supit, dan Dof Runturambi. Ternyata keempat wilayah sub-etnis tersebut mengenal upacara Pinang, upacara Tawa’ang dan minum dari mangkuk bambu (kower). Sedangkan upacara membelah kayu bakar hanya dikenal oleh sub-etnis Tombulu dan Tontemboan. Tondano mengenal upacara membelah setengah tiang jengkal kayu Lawang dan Tonsea-Maumbi mengenal upacara membelah Kelapa.

Setelah kedua pengantin duduk di pelaminan, maka upacara adat dimulai dengan memanjatkan doa oleh Walian disebut Sumempung (Tombulu) atau Sumambo (Tontemboan). Kemudian dilakukan upacara "Pinang Tatenge’en". Kemudian dilakukan upacara Tawa’ang dimana kedua mempelai memegang setangkai pohon Tawa’ang megucapkan ikrar dan janji. Acara berikutnya adalah membelah kayu bakar, simbol sandang pangan. Tontemboan membelah tiga potong kayu bakar, Tombulu membelah dua. Selanjutnya kedua pengantin makan sedikit nasi dan ikan, kemudian minum dan tempat minum terbuat dari ruas bambu muda yang masih hijau. Sesudah itu, meja upacara adat yang tersedia didepan pengantin diangkat dari pentas pelaminan. Seluruh rombongan adat mohon diri meniggalkan pentas upacara. Nyanyian-nyanyian oleh rombongan adat dinamakan Tambahan (Tonsea), Zumant (Tombulu) yakni lagu dalam bahasa daerah.

Bahasa upacara adat perkawinan yang digunakan, berbentuk sastra bahasa sub-etnis Tombulu, Tontemboan yang termasuk bahasa halus yang penuh perumpamaan nasehat. Prosesi perkawinan adat versi Tombulu menggunakan penari Kabasaran sebagai anak buah Walian (pemimpin Upacara adat perkawinan). Hal ini disebabkan karena penari Kabasaran di wilayah sub-etinis lainnya di Minahasa, belum berkembang seperti halnya di wilayah Tombulu. Pemimpin prosesi upacara adat perkawinan bebas melakukan improvisasi bahasa upacara adat. Tapi simbolisasi benda upacara, seperti : Sirih-pinang, Pohon Tawa’ang dan tempat minum dari ruas bambu tetap sama maknanya.

July 17, 2010

Warung Magazine

Warung Magazine.... another interesting site to visit (^ ^)
mayan buat cuci mata buat yg butek mantengin deretan hitam putih..
praktis buat yang butuh inspirasi, coz karya dari ribuan mahluk kreatif di tanah air numplek disini :)

uhuy!
another heaven on earth for the eyes ;D